Sebagian Besar Mengungsi...


Kabar dari lereng Merapi, apakah ada kabar dari sana?
Keluarga macanan hampir semua mengungsi, bagaimana dengan kabar keluarga yang lain?
tak sabar menunggu kabar dari saudaraku....
kasih kabar dengan komen kalian...

Puri Wigati-Masduki

Keluarga ini tinggal di Sukarame/Karang Suwung, Banyubiru, Dukun, Magelang.
Silahkan komentar untuk melengkapi! Admin tidak punya data lengkap..

Prapti Yulia-Safwanto Klatak

Keluarga ini tinggal di Dusun Klatak, Banyudono, Dukun, Magelang. 300 m arah barat dari Dusun Macanan.
silahkan komentar untuk melengkapi! Admin tidak punya data lengkapnya.

Keluarga Ibu Murdjiah-Bapak Cokro Macanan

Keluarga ini sekarang tinggal menyisakan Ibu Mur dengan Bapak Cokro karena kedua putrinya sudah menikah. Ibu Mur adalah anak kedua dari Mbah Siti Macanan, menikah dengan Bapak Cokro yang berasal satu kampung dengan Ibu Mur. Saat ini Ibu Mur tinggal di Dusun Macanan, Banyudono, Dukun, Magelang. Keduanya tinggal hanya berdua dengan sesekali dikunjungi oleh anak cucunya karena kedua putrinya sudah tinggal terpisah bersama dengan keluarganya masing-masing walaupun jarak tinggalnya tidak terlalu jauh.
Ibu Murdjiah biasa dipanggil Ibu Mur kesehariannya adalah petani bersama dengan suaminya, keduannya Alhamdulillah sudah mengikuti jejak Kakek mereka Eyang Haji Siddiq dalam melaksanakan ibadah ke tanah suci, pasangan ini berziarah ke tanah suci pada tahun 200...
Dalam pernikahannya dengan Bapak Cokro, Ibu Murdjiah dikaruniai 2 putri:
Nomor kontak yang bisa dihubungi-


Keluarga Ibu Pinastri Warti-Bapak Ilyas Kwadasan

Ibu Pinastri Warti (Almh) adalah putri bungsu dari mbah Siti Macanan, Lahir Tahun 1959 di Magelang dan meninggal di usianya yang ke 31 pada tahun 1990. Sebelum meninggal beliau sempat menikah dan meninggalkan 5 orang anak yang insya Allah menjadi tabungan amal beliau di akhirat karena kesalihan mereka, Amin. (Doa seorang Anak kepada Ibunya-Admin adalah putra dari beliau). Ibu Pinastri Warti menikah dengan Bapak Ilyas pada tahun 1980, semasa hidupnya beliau tinggal di Dusun Kwadasan, Banyudono, Magelang.
Bersama Bapak Ilyas Ibu Pinastri Warti adalah petani dan pedagang, semenjak Ibu meninggal Bapak Ilyas hanya berkonsentrasi pada bertani saja dan memelihara Ikan. Bagi yang punya hobi memancing bisa datang ke Kwadasan Bayudono Dukun Magelang, karena sampai saat ini Bapak Ilyas masih sibuk dengan Ikan-Ikannya. Nomor telpon yang bisa dihubungi adalah 0817450565.
Selama berumah tangga dengan Bapak Ilyas, Ibu Pinastri Warti dikarunia anak-anak sbb:
  • -Amanatu Kuncoro Al-Qusaeri, dipanggil Kuncoro, Lahir tahun 1981, menikah dengan seorang Aceh, Laila Al-Hikmah, dan dikaruniai seorang putra, Zubayr Win Nastain (lahir 2010). Saat ini adalah seorang Guru SMA di sekolah Swasta di Semarang, Jawa Tengah , pendidikan terakhir adalah Teknik Industri, UI. lulus tahun 2005. Nomor telepon yang bisa dihubungi 085641770417
  • -Anachyu Hibban, dipanggil Iben, Lahir 1983, menikah dengan seorang Jakarta, Hesti Q Hidayah, dikaruniai seorang putra, Thalha Ibn Hibban (2010). Saat Ini adalah seorang Guru SMA di Sekolah Swasta di Banda Aceh, Aceh, pendidikan terakhir adalah komputer akuntansi, BSI, lulus tahun 2007. Nomor telpon yang bisa dihubungi 085664487490
  • -Aminahyu Fitriyani, Nahyu, 1985, belum menikah, guru di sebuah SD swasta di Tangerang Selatan, Banten, pendidikan terakhir adalah sastra Jepang UNNES 2007, 087881093616
  • -Ahmad Banadib, Barna-Nana, 1988, sedang menemukan pekerjaan, Teknik kimia Undip 2010. 085641754616
  • -Ahmad Ainun Najib, inung, 1990, kuliah di Universitas Marmara, Istanbul, Turki. YM: ainunchan_01@yahoo.com
Ibu Pinastri Warti meninggal tepat 3 bulan setelah melahirkan anak terakhir pada tahun 1990 (semoga Allah merahmati arwah beliau). kemudian pada tahun 1993 bapak Ilyas menikah kembali dengan Ibu Asni Winarti (seorang dari Klaten, Jawa Tengah) dan dikaruniai 4 anak:
  • -Addini Lutfia Hajar, Addin, 1994, SMA Muhammadiyah 2 Muntilan.
  • -Sapto Aji Al-amin, Sapto/Aji, 1995, SMK Muhammadiyah Muntilan.
  • -Saman Hudi Al-Muttaqin, Hudi, 1998, SMP Muhammadiyah 2 Dukun.
  • -Amanatu Ibnu Al-kautsari, 2005, Ibnu, TK ABA 1 Dukun.
Photo keluarga Ilyas


isi sesuai dengan contoh atau data dari satu keluarga

Keluarga Bapak Kuswanto-Ibu Ning Macanan

Keluarga Bapak Kuswanto-Ibu Ning (saat ini Admin belum tahu tentang nama aslinya) saat ini tinggal di Dusun Macanan, Banyudono, Dukun, Magelang. Bapak Kuswanto adalah putra dari Ibu Sri dan Bapak Zam, Cucu dari Mbah Siti Macanan, istrinya (Ibu Ning) berasal dari Dusun Kwadasan, Banyudono, Dukun, Magelang. Bapak Kuswanto memiliki 5 orang anak, 4 orang putri dan 1 putra.
  • 1. Rima, Lahir, 199.., menyelesaikan SMA tahun 2010, sekarang membantu orang tua di Rumah.
  • 2. Novi, Lahir 1993, saat ini sekolah di SMA 1 Muntilan
  • 3.
  • 4.
  • 5.
Profesi pekerjaan Bapak Kuswanto adalah sebagai Petani, begitu juga dengan istri, di samping itu Bapak Kuswanto dan Istri juga berdagang ke pasar. Bagi yang mempunyai telur (bebek, ataupun ayam kampung) dan Ikan bisa menghubungi Bapak atau Ibu Kuswanto untuk membantu dipasarkan.
Nomor telepon yang bisa dihubungi:-

Keluarga Ibu Sri Murtiatun-Bapak Siswo Diharjo Macanan

Ibu Sri (Almh) dan Bapak Sis tinggal di dusun Macanan, desa Banyudono, Dukun, Magelang. Ibu Sri (Almh) adalah anak pertama dari Mbah Siti Macanan, mempunyai 7 orang anak: Kuswanto, Suliyah, Edi, Eni, Zainuddin(meninggal ketika umur 4 tahun), Siti, dan Agus. Semenjak ditinggal oleh Ibu, bapak tetap tinggal di Macanan, dan sesekali berkunjung ke tempat anak-anaknya, perlu diketahui bahwa keluarga ini sudah menjadi kecil (hanya menyisakan mbak Siti yang belum berkeluarga). masing-masing anak yang lain sudah berkeluarga sendiri. Kuswanto tetap di macanan, Suliyah di Klatak, Edi di Surabaya, Eni di Surabaya, Siti di Bandung, dan Agus di Situbondo.
Bapak saat ini tinggal sendiri di kediamannya di Macanan, tetapi anak pertamanya Kuswanto tinggal dan membangun rumah tepat di depan kediaman Bpk Sis, sehingga cucunya masih berkesempatan menemani beliau.
Berikut adalah keterangan mengenai putra-putri beliau:
  • 1. Kuswanto, klik di sini
  • 2. Suliyah, Klik di sini
  • 3. Edi Mulyanto, Klik di sini
  • 4. Eni Budiyati, Klik di sini
  • 5. Zainudin, meninggal ketika berumur 4 tahun.
  • 6. Siti Choirunisah, saat ini berdomisili di Sumedang, sebuah kota dekat Bandung, belum menikah, saat ini bekerja di sebuah perusahaan tekstil, nomor yang bisa dihubungi 081573005742.
  • 7. Agus Saptono, menikah dengan seorang Jawa Timur, ......, bekerja pada sebuah perusahaan retail nasional, kedudukan saat ini adalah di daerah Situbondo, Jawa Timur, mempunyai seorang putra bernama .....
Bagi yang ingin bersilaturahmi ke Bapak Sis bisa langsung ke Macanan, Banyudono, Dukun.
Pekerjaan Bapak Sis adalah Petani.
Nomor telepon yang bisa dihubungi:-

Innalilah wa innalillahi Raji'un

Seandainya umur ini panjang
maka pasti aku akan hidup selamanya di dunia
tapi buat apa?
karena dunia sendiri tidak bisa berlama-lama dengan umurnya

Selamat Jalan Eyang Tercinta...
kami pasti akan menyusulmu...
maka tunggu kami di sana...
di taman surga yang kita bisa bertemu kembali...

mengenang dan berdoa
untuk eyang sastro manaf (kakung putri) tercinta..

Keluarga Sakinah Miniatur Masyarakat Madani

Orang sering menyebut-nyebut tentang masyarakat madani”. Sebuah gambaran tentang masyarakt sukses yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Begitu inginnya masyarakat/ummat berada dalam sebuah masyarakat yang makmur, aman, tentram dan damai, sehingga segera saja ide untuk menciptakan masyarakat seperti itu disambut dengan hangat. Sayang sekali tidak mudah kita menemukan tulisan yang menerangkan cara mencapainya. Bahkan masih banyak muslimin tidak memahami tahapan-tahapan amal dalam menegakkan Islam, padahal masyarakat yang diidamkan tadi sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir penegakkan Islam.

Islam menghendaki agar penghambaan manusia dikembalikan hanya kepada Allah SWT.

Islam menghendaki agar pilar-pilarnya dibangun pertama kali di dalam dada individuà kemudian di dalam sebuah rumah tanggaà kemudian dalam sebuah masyarakatà kemudian sebuah negaraà kemudian sebuah khilafahà kemudian di atas seluruh permukaan bumià sebelum akhirnya tegak di seluruh alam semesta ini, Insya Allah.

Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat, dan seperti tadi telah disebutkan, menegakkan Islam dalam keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan pemahaman tentang ini tidak terlalu sulit untuk menyimpulkan bahwa sebuah keluarga sakinah (Keluarga yang berhasil menurut standar Islami) adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat madanisendiri merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang ”makmur, aman, tentram dan damai”.

Kira-kira apakah ciri-ciri persamaannya dan apakah cara mewujudkannya juga akan sama dengan cara mewujudkan karakteristikmasyarakat madani ?. Dalam tulisan kali ini Insya Allah akan coba diuraikan beberapa ciri/karakteristikmasyarakat madani yang tumbuh dari kumpulan keluarga sakinah.

Keluarga Robbani

Sebagaimana salah satu ciri masyarakat madani adalah bersifatRobbani, maka keluarga sakinah juga bercirirobbani. Artinya, di dalam keluarga / masyarakat tersebut setiap anggotanya berusaha untuk berlomba di dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Perekat utama keluarga/ masyarakat. Mereka menyadari betul bahwa hanya Allah sajalah yang pantas di jadikan tempat meminta bagi terwujudnya kebahagiaan bersama. Sebab mereka meyakini firman Allah sebagai berikut:

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan(peliharalah) hubungan silaturrahim.” (4:1)

Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan variabel keduniaan sebagai faktor utama munculnya soliditas internal keluarga. Mereka juga percaya bahwa hanya dengan taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah) dan menegakkan aturan Allah sajalah maka kebahagiaan, kasih-sayang dan kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu bentuk kebahagiaan yang tidak dibatasi selama hidup di dunia semata, melainkan jauh hingga berkumpul kembali di akhirat. Demikian juga dalammasyarakat madani di mana hukum Allah ditegakkan dengan sempurna.

Keluarga Yang Cinta Ilmu

"Iqro" (QS. 96 : 1 )Ayat pertama yang turun kepada Nabi kita Saw adalah ayat tadi: ” Bacalah!”, pelajarilah!

Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu, seperti juga masyarakat madani. Mereka saling belajar dan saling mengajarkan, antara yang tua kepada yang muda maupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai ilmu sehingga menempatkan ahli ilmu di tempat yang dihormati, mencari ilmu dan mengajarkannya, serta kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu dan berkah ilmu, dan menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah tidak bersikap jumud maupun liberal dalam mensikapi ilmu. Seorang bapak menganjurkan anaknya untuk menuntut ilmu, membiayainya, kemudian juga menghormati anaknya yang mau membagi ilmu itu kepadanya dan siap menerima nasehat anaknya dengan ilmu yang dia (anak itu) pelajari dari gurunya. Bahkan sebelum itu sang bapak-lah yang mencarikan guru terbaik untuk anaknya itu. Singkatnyakeluarga sakinah/ rabbani terdiri dari anggota keluarga yang telah manghayati sabda Rasulullah saw berikut:

Barangsiapa ingin berhasil di dunia, tuntutlah ilmu.Barangsiapa ingin berhasil di akhirat, tuntutlah ilmu.Dan barangsiapa ingin berhasil di dunia dan di akhirat, tuntutlah ilmu.”

Meskipun demikian anggota keluarga sakinah tetap berpegang pada prinsip : ”pendapat siapapun dapat diterima dan ditolak, kecuali dari Allah dan RasulNya yang kita terima tanpa keraguan”.

Keluarga Yang Cinta Damai

Keluarga sakinah, seperti juga masyarakat madani, selalu berusaha untuk tampil sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Dalam lingkungan yang kecil di dalam keluarga, suasana saling cinta mendasari hubungan antara mereka. Kakak dan adik saling cinta, bapak dan ibu menjadi teladan mereka. Bahkan dengan anggota keluarga temporer (misalnya pembantu rumahtangga) juga disayangi seperti keluarga sendiri, tidak direndahkan dan dianggap sebagai orang suruhan belaka.

Di lingkungan yang lebih besar di luar rumah, di antara tetangga, anggota-anggota keluarga sakinah memperlihatkan sikap dan sifat yang sama, bersikap santun kepada tetangga, tukang jualan, tukang sampah, penunggu warung, dan siapa saja yang ada di lingkungannya. Anak-anak keluarga sakinah akan dikenali dari akhlaknya yang santun, menghormati yang tua, menyayangi yang kecil, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, jujur ketika berjual beli dan bertutur-kata. Siapapun yang melihat mereka akan berharap anak mereka-pun bersikap serupa, karena kesantunan dan kebaikan akhlak mereka. Anak-anak seperti ini akan menjadi cahaya mata bagi orang tua mereka, bahkan juga bagi lingkungannya. Siapapun akan bangga memiliki warga seperti mereka. Singkatnya mereka berusaha meneladani Rasulullah saw dalam hal yang Allah isyaratkan di dalam firman-Nya:

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (21:107)

Keluarga Yang Egaliter

Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana“sama tinggi sama rendah” di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak hanya dikenalkan kewajiban yang harus dipenuhinya, melainkan juga diberitahu akan hak-hak yang dimilikinya. Baik ayah, suami, ibu, isteri maupun anak-anak bahkan pembantu menyadari bahwa ia memiliki hak-hak yang perlu dijaga dan dipenuhi. Dan fihak pertama yang harus memastikan bahwa hak-hak ini terpenuhi adalah kepala keluarga. Bukanlah sebuah miniatur masyarakat Islami atau madani bila yang memperoleh pemenuhan hak hanya sang ayah atau suami sedangkan anak dan isteri hanya punya daftar kewajiban. Misalnya dalam hal saling menasehati. Bukan hanya ayah kepada anak atau ibu kepada anak atau suami kepada isteri terdapat hak menasehati. Melainkan sebaliknya hendaknya dipastikan bahwa anakpun boleh dan dijamin memberikan nasehat kepada orang-tua atau isteri menasehati suami. Inilah miniatur masyarakat Islami dan madani. Ketika Umar bin Khattab berdiri di depan ummat pada hari dilantiknya menjadi khalifah, maka bangunlah seorang lelaki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya berujar: “Hai Amirul mu’minin, seandainya perjalanan kepemimpinanmu melenceng dari garis ketentuan Allah dan RasulNya, niscaya pedangku ini akan meluruskanmu.” Maka dengantawadhu/ rendah hatinya Umar menjawab: “Alhamdulillah ada seorang lelaki ditengah ummat yang Umar pimpin akan meluruskanku tatkala aku menyimpang.” Dan pada saat itu tidak ada seorangpun yang menuduh lelaki tersebut sebagai tidak percaya atau tidak tsiqoh akan kepemimpinanAmirul mu’mininUmar bin Khattab ra. Justeru ke-tsiqoh-annya kepada Umar menyebabkan lelaki tersebut begitu leluasanya menyampaikan aspirasi secara asli dan apa adanya. Hal ini menunjukkan betapa egaliternya suasana masyarakat Islam kala itu. Dan setiap warga menjadi seperti itu karena lahir dari keluarga-keluarga yang memang sejak dini menanamkan nilai-nilai egaliter di rumah masing-masing.